Lazismu Pati Adakan Pengajian Difabel Kabupaten Pati: Membangun Kemandirian dan Keimanan

Lazismu Pati Adakan Pengajian Difabel Kabupaten Pati: Membangun Kemandirian dan Keimanan

LAZISMUPATI.ORG -- Pada Sabtu, 14 September 2024, Masjid Salman Al-Farisi di SD Muhammadiyah Pati menjadi saksi pelaksanaan pengajian khusus untuk komunitas penyandang cacat dan difabel se-Kabupaten Pati. Acara ini merupakan bagian dari program dakwah dan pemberdayaan yang diselenggarakan oleh Lazismu bekerja sama dengan Majelis Pemberdayaan Kesejahteraan Sosial (MPKS), Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus (MTDK), serta Korps Muballigh Muhammadiyah (KMM) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Pati. Kegiatan ini dihadiri oleh 20 peserta dari berbagai komunitas penyandang difabel di Pati.

Pengajian ini bertujuan untuk memperluas gerakan dakwah Muhammadiyah ke berbagai komunitas, terutama kepada mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Hal ini sesuai dengan visi Muhammadiyah untuk tidak membatasi dakwah hanya pada kelompok tertentu, tetapi juga menjangkau mereka yang selama ini jarang mendapatkan akses yang sama. Kegiatan ini juga dirancang untuk menjadikan komunitas penyandang cacat dan difabel sebagai jamaah binaan khusus yang mendapat perhatian jasmani dan rohani secara berkelanjutan. Lazismu, bersama MPKS, MTDK, dan KMM, akan secara rutin menyelenggarakan pengajian ini setiap dua bulan sekali.


Kajian Seputar Syukur dan Keimanan
Materi pengajian kali ini dibawakan oleh Ustadz Luluk Imam Zazuli, seorang mubaligh yang kerap terlibat dalam kegiatan dakwah komunitas khusus. Kajian yang dibawakan berfokus pada tema syukur, keimanan, dan keislaman. Ustadz Luluk menyampaikan pesan penting tentang bagaimana seharusnya setiap hamba bersyukur atas nikmat iman dan Islam, meskipun di tengah keterbatasan fisik yang dimiliki.



Dalam ceramahnya, Ustadz Luluk menekankan bahwa dalam pandangan Allah, yang paling mulia di antara hamba-Nya bukanlah mereka yang memiliki fisik sempurna, melainkan mereka yang paling bertakwa. "Allah tidak melihat fisik seseorang, tetapi ketakwaanlah yang menjadi ukuran derajat di hadapan-Nya," ujar Ustadz Luluk. Oleh karena itu, penyandang difabel tidak boleh merasa rendah diri atau terpinggirkan. Sebaliknya, mereka harus senantiasa bersyukur dan menguatkan keimanan, serta menyadari bahwa mereka memiliki potensi besar yang bisa dikembangkan.


Ustadz Luluk juga menyinggung pentingnya mensyukuri nikmat iman yang dimiliki. Menurutnya, iman adalah karunia terbesar yang harus senantiasa dijaga dan dipelihara, terlepas dari kondisi fisik atau tantangan hidup yang dihadapi. "Nikmat terbesar yang kita miliki adalah iman dan Islam. Kita harus bersyukur dan senantiasa memperbaiki diri, karena itulah yang akan menjadi bekal kita di akhirat nanti," tambahnya.


Pemberdayaan dan Kemandirian
Selain memperkuat keimanan dan ketakwaan, pengajian ini juga bertujuan untuk memberdayakan peserta, agar mereka mampu mandiri dan berdikari di masa depan. Kegiatan ini tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga menyentuh aspek sosial dan ekonomi. Dengan bimbingan dari Lazismu dan berbagai majelis yang terlibat, peserta diharapkan dapat mengembangkan potensi yang mereka miliki, sehingga dapat berkontribusi lebih besar bagi diri mereka sendiri maupun masyarakat.


Lazismu sebagai salah satu inisiator acara ini berkomitmen untuk memberikan dukungan tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga pelatihan dan pendampingan. "Kami berharap komunitas difabel di Kabupaten Pati dapat menjadi jamaah binaan khusus yang secara berkala akan mendapatkan pembinaan, baik dalam aspek jasmani maupun rohani. Selain itu, kami juga akan membantu mereka dalam mengembangkan keterampilan yang dapat digunakan untuk meraih kemandirian," ujar salah satu perwakilan dari Lazismu.


Pengajian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam memperluas dakwah Muhammadiyah kepada kelompok-kelompok khusus yang selama ini mungkin belum terjangkau sepenuhnya. Dengan rutin diselenggarakan setiap dua bulan sekali, kegiatan ini akan menjadi wadah yang berkelanjutan untuk membina dan memberdayakan komunitas difabel di Kabupaten Pati.


Ke depannya, diharapkan lebih banyak komunitas penyandang difabel yang bisa terlibat dalam kegiatan ini, sehingga semakin banyak individu yang merasakan manfaat dari program pemberdayaan ini. Pesan yang disampaikan dalam pengajian ini menjadi pengingat bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk menjadi hamba yang beriman dan mandiri, serta tetap berperan aktif dalam kehidupan sosial dan spiritual di tengah masyarakat.

Pengajian Difabel Kabupaten Pati bukan sekadar acara keagamaan, tetapi juga gerakan pemberdayaan yang inklusif, membawa harapan bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik untuk terus maju dan berkembang.


in News
Penyaluran Air Bersih oleh Lazismu Pati: 104.000 Liter Tersalurkan Selama Tiga Pekan